Menguasai Literasi Kesehatan di Era Digital: Strategi Prof. Asnawi untuk UAD

Transformasi Literasi Kesehatan di Era 5.0: Tantangan dan Peluang
Dalam lanskap digital yang terus berkembang pesat, literasi kesehatan menjadi semakin krusial. Prof. Asnawi, seorang pakar terkemuka di bidangnya, baru-baru ini berbagi wawasan mendalam mengenai strategi literasi kesehatan yang relevan di era Revolusi Industri 5.0, khususnya dalam konteks Universitas Ahmad Dahlan (UAD).
Kecepatan Transformasi Teknologi
Prof. Asnawi menekankan betapa cepatnya teknologi digital berkembang. “Tanpa disadari, teknologi digital mengalami kemajuan di luar imajinasi kita dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, berkembang secara eksponensial,” ujarnya. Ia memaparkan bahwa transisi dari Revolusi Industri 3.0 ke 4.0 membutuhkan waktu yang signifikan, namun perubahan dari 4.0 ke 5.0 hanya membutuhkan waktu sekitar 10 tahun. Kecepatan ini menuntut kita untuk beradaptasi dan mengembangkan strategi baru secara berkelanjutan.
Era 5.0 dan Peran Literasi Kesehatan
Revolusi Industri 5.0 menekankan pada kolaborasi antara manusia dan mesin, serta fokus pada keberlanjutan dan kesejahteraan. Dalam konteks ini, literasi kesehatan bukan lagi sekadar pemahaman tentang penyakit dan pengobatan, tetapi juga kemampuan untuk memanfaatkan teknologi digital secara efektif dalam memelihara kesehatan dan mencegah penyakit.
Strategi Literasi Kesehatan di UAD
Prof. Asnawi menguraikan beberapa strategi kunci yang dapat diterapkan di UAD untuk meningkatkan literasi kesehatan di era 5.0:
- Pemanfaatan Platform Digital: Memanfaatkan platform media sosial, aplikasi kesehatan, dan website untuk menyebarkan informasi kesehatan yang akurat dan mudah dipahami.
- Pelatihan Literasi Digital: Memberikan pelatihan kepada mahasiswa, staf, dan masyarakat umum tentang cara mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi kesehatan secara kritis di internet.
- Pengembangan Konten Interaktif: Membuat konten kesehatan yang menarik dan interaktif, seperti video animasi, infografis, dan kuis, untuk meningkatkan keterlibatan audiens.
- Kolaborasi dengan Pihak Terkait: Menjalin kerjasama dengan rumah sakit, puskesmas, dan organisasi kesehatan lainnya untuk menyelenggarakan kegiatan literasi kesehatan yang berkelanjutan.
- Fokus pada Kesehatan Preventif: Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya gaya hidup sehat, deteksi dini penyakit, dan vaksinasi.
Tantangan dan Harapan
Meskipun terdapat banyak peluang, Prof. Asnawi juga mengakui adanya tantangan dalam meningkatkan literasi kesehatan di era digital. Salah satunya adalah penyebaran informasi yang salah (hoaks) dan disinformasi. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memverifikasi informasi kesehatan sebelum mempercayainya.
Dengan implementasi strategi yang tepat dan komitmen yang kuat, diharapkan UAD dapat menjadi pusat unggulan dalam pengembangan literasi kesehatan di era 5.0, berkontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.