Orthorexia: Obsesi Makanan Sehat yang Merusak Kesehatan Mental – Kenali Gejalanya!

Memilih makanan sehat adalah hal yang baik, bahkan penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Namun, bagaimana jika obsesi terhadap makanan 'sehat' justru berdampak buruk pada kesehatan mental Anda? Kondisi ini dikenal dengan istilah orthorexia nervosa. Mari kita bahas lebih lanjut mengenai orthorexia, penyebab, gejala, dan cara mengatasinya.
Apa Itu Orthorexia Nervosa?
Orthorexia nervosa bukanlah gangguan makan yang berfokus pada pembatasan kalori atau berat badan, melainkan obsesi terhadap kualitas makanan. Seseorang dengan orthorexia akan sangat terpaku pada makanan yang dianggap 'murni', 'bersih', atau 'alami'. Mereka mungkin menghindari makanan olahan, makanan yang mengandung tambahan, atau makanan yang dianggap 'tidak sehat', meskipun makanan tersebut sebenarnya tidak membahayakan.
Perbedaan Orthorexia dengan Pola Makan Sehat
Pola makan sehat adalah tentang keseimbangan dan variasi. Seseorang yang makan sehat akan menikmati berbagai jenis makanan dalam jumlah yang wajar. Sementara itu, orthorexia didorong oleh rasa takut dan kecemasan terhadap makanan yang dianggap 'tidak sehat'. Mereka akan merasa bersalah atau cemas jika mengonsumsi makanan yang tidak sesuai dengan aturan ketat yang mereka buat sendiri.
Gejala Orthorexia Nervosa
Berikut adalah beberapa gejala yang mungkin menunjukkan seseorang mengalami orthorexia nervosa:
- Menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari untuk merencanakan, menyiapkan, dan memilih makanan.
- Merasa bersalah atau cemas setelah mengonsumsi makanan yang dianggap 'tidak sehat'.
- Menolak untuk makan di luar atau menghadiri acara sosial yang melibatkan makanan, karena takut tidak ada pilihan makanan yang sesuai.
- Menghindari kelompok makanan tertentu (misalnya, gluten, susu, gula) tanpa alasan medis yang jelas.
- Merasa bangga dan superior karena memiliki pola makan yang 'lebih baik' daripada orang lain.
- Kesehatan fisik menurun akibat pembatasan makanan yang terlalu ketat, seperti kekurangan nutrisi, kelelahan, dan masalah pencernaan.
Penyebab Orthorexia Nervosa
Penyebab orthorexia nervosa masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa faktor yang mungkin berperan meliputi:
- Perfeksionisme: Kecenderungan untuk selalu berusaha mencapai kesempurnaan dalam segala hal.
- Kecemasan: Perasaan khawatir dan gelisah yang berlebihan.
- Depresi: Perasaan sedih dan kehilangan minat yang berlangsung lama.
- Pengaruh media sosial: Paparan terhadap informasi tentang diet dan pola makan 'sehat' yang seringkali tidak realistis.
Cara Mengatasi Orthorexia Nervosa
Mengatasi orthorexia nervosa membutuhkan bantuan profesional. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan:
- Konsultasi dengan psikolog atau psikiater: Terapis dapat membantu mengidentifikasi dan mengatasi akar masalah psikologis yang mendasari orthorexia.
- Bimbingan ahli gizi: Ahli gizi dapat membantu mengembangkan rencana makan yang seimbang dan sehat, serta memberikan edukasi tentang nutrisi.
- Terapi perilaku kognitif (CBT): CBT dapat membantu mengubah pola pikir dan perilaku yang tidak sehat terkait makanan.
- Membangun sistem pendukung: Berbicara dengan keluarga dan teman tentang kesulitan yang dihadapi dapat memberikan dukungan emosional.
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan tanda-tanda orthorexia nervosa, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Kesehatan mental dan fisik Anda adalah prioritas utama.