Larangan Musik di Acara Adat Bikin Geger! Pemprov Jatim Cari Solusi untuk Hiburan
ADVERTISEMENT
2025-07-09

Pikiran Rakyat
Polemik Larangan Musik di Acara Adat Bikin Geger! Rencana Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) yang melarang penggunaan musik tradisional di acara adat dan hiburan tengah menjadi sorotan. Kebijakan ini, yang digagas oleh Kepala Satpol PP Provinsi Jatim, justru menuai kritik dari para pengusaha hiburan dan masyarakat luas. Gubernur Jatim, Emil Dardak, kini tengah mencari solusi terbaik untuk menyeimbangkan antara aspirasi publik yang menginginkan ketertiban dan kepentingan para pelaku usaha di sektor hiburan.
Tujuan Awal yang Bermasalah
Awal mula polemik ini bermula dari surat edaran yang dikeluarkan oleh Kepala Satpol PP Provinsi Jatim. Surat tersebut berisi imbauan untuk tidak menggunakan musik tradisional atau musik apapun di acara adat dan hiburan, dengan alasan menjaga ketertiban umum dan mencegah gangguan kamtibmas. Namun, imbauan ini dinilai terlalu berlebihan dan membatasi ruang berekspresi bagi masyarakat, terutama para seniman dan pelaku seni.
Reaksi Keras dari Pengusaha Hiburan
Para pengusaha hiburan di Jatim langsung bereaksi keras terhadap kebijakan ini. Mereka menilai bahwa larangan tersebut akan sangat merugikan bisnis mereka, terutama karena musik merupakan bagian tak terpisahkan dari berbagai acara hiburan. Selain itu, mereka juga mempertanyakan dasar hukum dari larangan tersebut dan menganggapnya tidak jelas.
Pemprov Jatim Bergerak Mencari Solusi
Menanggapi polemik ini, Gubernur Jatim, Emil Dardak, menyatakan bahwa Pemprov Jatim akan melakukan pembahasan regulasi secara lintas sektor. Tujuannya adalah untuk merespons aspirasi publik yang menginginkan adanya ketertiban, namun juga mempertimbangkan kepentingan para pelaku usaha di sektor hiburan. Pembahasan ini akan melibatkan berbagai pihak, termasuk perwakilan dari pengusaha hiburan, tokoh masyarakat, dan akademisi.
Pendekatan yang Lebih Bijaksana
Emil Dardak menekankan bahwa pendekatan yang diambil harus lebih bijaksana dan mempertimbangkan berbagai aspek. Larangan total dianggap bukan solusi terbaik, melainkan perlu adanya regulasi yang jelas dan terukur. Regulasi tersebut harus mengatur tentang batasan volume suara, jam operasional, dan jenis musik yang diperbolehkan, tanpa menghilangkan esensi dari acara adat dan hiburan.
Pentingnya Dialog dan Komunikasi
Lebih lanjut, Emil Dardak juga menekankan pentingnya dialog dan komunikasi antara pemerintah, pengusaha hiburan, dan masyarakat. Melalui dialog yang konstruktif, diharapkan dapat ditemukan solusi yang memuaskan semua pihak. Pemerintah akan terus membuka pintu bagi semua pihak yang ingin memberikan masukan dan saran terkait regulasi ini.
Dampak Positif Regulasi yang Tepat
Jika regulasi yang tepat dapat diterapkan, diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi semua pihak. Ketertiban umum akan terjamin, bisnis hiburan dapat berjalan dengan lancar, dan masyarakat dapat tetap menikmati berbagai acara adat dan hiburan dengan aman dan nyaman. Regulasi ini juga diharapkan dapat mendorong kreativitas dan inovasi di sektor hiburan, sehingga dapat meningkatkan daya tarik wisata Jatim.
Kesimpulan
Polemik larangan musik di acara adat merupakan tantangan bagi Pemprov Jatim untuk mencari solusi terbaik. Dengan pendekatan yang bijaksana, dialog yang konstruktif, dan regulasi yang jelas, diharapkan dapat ditemukan solusi yang memuaskan semua pihak dan memberikan dampak positif bagi Jatim. Pemprov Jatim berkomitmen untuk terus berupaya mencari solusi terbaik demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Jatim.